WHAT'S NEW?
Loading...

‘I Love You’ Terakhir dan Foto Mesra yang Berakhir Tragis


John DeReggi, 16, dan pacarnya ingin mendapatkan foto di tempat yang indah di dekat rumah mereka. Tempat itu, berada di rel kereta api. Mereka terinspirasi oleh banyaknya remaja yang berpose di situ.
“Aku mencintaimu,” kata John DeReggi kepada ibunya, Christine, saat ia meninggalkan rumahnya pada Senin 15 September di suatu sore. John yang selalu bilang ‘I Love You’ tiap kali ia mengakhiri percakapan telepon, adalah kali terakhir ia mengatakannya.
20 menit kemudian, telepon Christine DeReggi kembali berbunyi. Kali ini dari pacar John.
“John tertabrak kereta!” dia menjerit.
Christine DeReggi langsung mengendarai mobilnya menuju lokasi yang kurang dari 1 kilo meter dari rumahnya di Boyds, Maryland, AS.
“Aku berlari menuruni trek dan menemukan dia,” kata Christine, seperti dikutip liputan6.com dari Sydney Morning Herald. John tertabrak kereta Amtrak.
Pacarnya, Natalie Crim, mengunggah beberapa foto mereka berdua di Twitter dan Instagram. John dan Natalie berfoto di rel kereta api.

Para penyelidik masih mencoba untuk menginvestigasi apa yang John lakukan sebelum ia tertabrak kereta. Menurut teman-temannya dan anggota keluarga, ia pergi dengan Natalie dan saudara kembar Natalie, merencanakan untuk menggunakan setidaknya salah satu foto sebagai bagian dari tugas sekolah.
Saat kereta datang, menurut teman-teman dan keluarga, Natalie dan saudara kembarnya menghindar ke arah yang sama, sementara John ke arah lain.
Satu hal yang tampak jelas adalah, kereta, diperkirakan berkecepatan lebih dari 110km / jam dan bergerak jauh lebih cepat daripada John sadari.

Kecepatan Kereta Menipu
Kereta memang ‘tampak’ lebih tenang daripada orang sadari. Hal itu disebabkan karena ukuran yang membuat terlihat lebih lambat. Namun, jika mereka mendekat, sulit bagi kita untuk menghindar.
“Suara roda besi di atas rel kereta memang seakan-akan lambat dari kejauhan. Seperti menyelinap,” kata Robert Halstead, presiden IronWood Technologies, sebuah perusahaan yang merekonstruksi kecelakaan kereta api.
Dia menyamakan kecepatan yang ‘menipu’ saat kereta berjalan dengan pesawat yang akan mendarat. Meskipun pesawat akan 240km / jam, “namun terlihat seperti menggantung di atas. Tanpa kita sadari, itu cepat sekali,” tambah Halstead lagi.
Kematian John – remaja yang suka berteman dan berpetualang, membuat semua tertegun, bukan hanya siswa di Clarksburg High School, di mana ia baru saja memulai tahun pertamanya, tetapi juga sekolah-sekolah di dekatnya. Dua saudara perempuan, ibu dan ayah – dan orang-orang terdekat dengannya, hancur.
“Setiap kali aku melihat dia, ia seperti mengambil nafasku,” kata Natalie. “Semua orang mencintainya.”
Kapten Darren Francke, komandan unit kejahatan dari Departemen Kepolisian Montgomery, tidak percaya ada yang mendorong John atau bahwa John berniat menabrakan diri. Di luar itu, Kapten Francke menolak mengatakan apa yang terjadi sebelum insiden ini terjadi. Ia menegaskan detektif sedang menanyakan para saksi. Semua masih dalam investigasi, termasuk apakah operator kereta tersebut melakukan kesalahan.
Kapten Francke mengatakan banyak orang meremehkan suara dan kecepatan kereta.
“Sebuah kereta api di kehidupan nyata berbeda dari apa yang sering digambarkan di TV dan film,” katanya.

“I love you” yang Terakhir. 
John yang mengakhiri percakapan telepon dengan ibunya dengan mengatakan, “Aku mencintaimu,” adalah kebiasaan baginya. Tak hanya kepada sang ibu, tapi juga kepada teman-temannya. Kadang, ucapan selamat tinggalnya ini jadi bahan bercandaan bagi sahabat-sahabatnya, tapi John tak peduli. Sudah menjadi tradisinya menghakhiri percakapan di telepon seperti itu.
Pada usia 11, John bercita-cita menjadi seorang polisi. Ia juga dikenal dengan remaja yang ulet. John punya pekerjaan sampingan sebagai pemotong rumput yang ia beri nama J & J Landscaping. ‘Bisnis’nya ini mampu membuat ia membeli dua mesin pemotong yang besar.
John juga dikenal memiliki hobi berpetualang. “Ia suka bermain skateboard dengan melakukan aksi nekat. Hidupnya berenergi sekali,” kenang salah satu sahabatnya.
“Ini mimpu buruk bagiku, sungguh buruk,” tutup Christine, sang ibu.