Kita mengenal Neptunus sebagai planet ke-8 dari Matahari, yang terjauh di Tata Surya — setelah pada 2006 para astronom bersepakat mengelompokkan Pluto sebagai ‘planet kerdil’ atau minor.
Planet berwarna biru tersebut memiliki diameter 49.528, dengan massa 17,1 kali Bumi. Neptunus adalah planet ketiga terberat ketiga, terbesar keempat dan terkeras kelima di Tata Surya.
Neptunus tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Sejak awal penemuannya, planet yang diberi nama berdasarkan Dewa Laut Romawi itu sudah jadi objek perselisihan.
Seperti yang dikutip dari liputan6.com, Sejarah mencatat, Neptunus ditemukan oleh Johann Gottfried Galle dari Jerman pada 23 September 1846. Berdasarkan perhitungan matematika yang dilakukan ilmuwan Prancis, Urbain le Verrier.
Sementara, pada 1843, John Couch Adams dari Inggris juga memprediksi keberadaan sebuah planet baru tersebut.
Kala itu, Prancis dan Britania Raya bersaing mendapatkan predikat sebagai penemu Neptunus.
Planet Neptunus dalam Tata Surya (NASA)
Di sisi lain, sejumlah ilmuwan yakin, Neptunus ditemukan 234 tahun lebih dulu dari yang dicatat dalam sejarah. Adalah astronom Italia pada era Renaissance, Galileo Galilei yang diduga kuat lebih dulu menyadari keberadaannya.
Seperti dikutip dari situs The Register, Profesor David Jamieson dari Melbourne University mengatakan, bukti dari teori tersebut mungkin ada pada kode tersembunyi yang belum ditemukan dalam buku catatan sang astronom legendaris.
Jamieson mengatakan, buku catatan pengamatan bintang Galileo yang berusia lebih dari 400 tahun mengungkap bahwa sang astronom telah mencatat keberadaan Neptunus pada 1613, saat mengamati bulan-bulan Planet Yupiter (Jovian moons).
Buku catatan itu menunjuk sebuah ‘bintang’ di posisi di mana tak ada bintang yang ditemukan.
“Bintang tak diketahui itu sejatinya adalah Neptunus. Simulasi komputer menunjukkan ketepatan observasinya yang mengungkapkan bahwa Neptunus akan tampak seperti bintang redup, di tempat hampir persis di mana Galileo mengamatinya,” tambah dia seperti dikutip dari situs sains Space.com.
Menurut Jamieson, fakta bahwa Galileo menyadari bintang itu bergerak berarti bahwa ia menyadari telah menemukan sebuah planet baru.
Jamieson juga yakin — seperti kebiasaan Galileo — bahwa ia menyelipkan kode misterius terkait penemuannya itu dalam buku catatannya. Yang belum ditemukan.
Misteri Planet X
Setelah Neptunus ditemukan pada 1846, muncul spekulasi yang menyatakan bahwa ada planet lain yang berada di luar orbitnya. Fisikawan Jacques Babinet mengajukan teori tentang planet lain yang lebih jauh lagi, yang ia beri nama Hyperion.
Setelah Neptunus ditemukan pada 1846, muncul spekulasi yang menyatakan bahwa ada planet lain yang berada di luar orbitnya. Fisikawan Jacques Babinet mengajukan teori tentang planet lain yang lebih jauh lagi, yang ia beri nama Hyperion.
Meski kurang bukti, sejumlah pengamat langit juga memprediksi eksistensi planet ke-9 di Tata Surya. Pada tahun 1892-1901, Gabriel Dallet asal Prancis menyebutnya sebagai ‘Planet X’. Pun dengan Percival Lowell — seorang warga Boston yang mendirikan Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona untuk memburu keberadaannya. Ia bahkan membuat sebuah definisi.
Dan pada 1908, astronom terkenal Amerika Serikat, William Pickering mengajukan nama ‘Planet O’. Akhirnya, pada 18 Februari 1930, Clyde Tombaugh menemukan planet misterius itu yang kemudian diberi nama Pluto.
Setelah ditemukan, redupnya Pluto dan tidak adanya piringan membuat gagasan Planet X mengabur. Apalagi perkiraan massa Pluto terus diperkecil sepanjang Abad ke-20. Awalnya, Pluto diperkirakan memiliki massa yang kurang lebih sama dengan Bumi, lalu Mars, kemudian lebih kecil lagi dan lagi.
Kini, hampir semua ilmuwan sepakat bahwa Planet X sesuai definisi Lowell tidak pernah ada.
Teka-teki Planet X
Belakangan, nama ‘Planet X’ dikait-kaitkan dengan penyebab kiamat bagi Bumi. Bikin heboh dan panik karena dikait-kaitkan dengan ‘ramalan’ Suku Maya soal akhir dunia pada 2012.
Konon, planet tersebut berukuran besar dan punya jalur orbital yang membawanya mendekat ke Bumi. Memicu kiamat. Katanya pula, pemerintah — terutama Amerika Serikat — memaksa observatorium di Bumi untuk merahasiakannya agar tak memicu panik. Ada yang menyebutnya dengan nama lain: Nibiru atau Eris.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) langsung membantah kabar bohong itu. “Jika Nibiru atau Planet X nyata dan mendekat ke Bumi pada 2012, astronom bisa melacak keberadaannya setidaknya 1 dekade sebelumnya. Dan ia pastilah terlihat dengan mata telanjang,” demikian diungkap NASA.
“Nibiru jelas tak ada. Eris, meski nyatanya ada, itu hanyalah planet kerdil serupa Pluto yang tetap berada di luar Tata Surya. Jarak terdekatnya dengan Bumi adalah 4 miliar mil,” kata NASA.
Situs sains Discovery News, menyebut ramalan kiamat yang tak masuk akal memang didasarkan pada fakta perburuan planet X pada pertengahan hingga akhir Abad ke-19.
“Perburuan menarik tersebut berhenti pada penemuan Pluto pada 1930,” demikian diungkap Discovery. Karena belakangan Pluto tak terbukti sebagai planet yang dicari para ilmuwan, “Planet X berubah menjadi semacam legenda.”
Teleskop Wide-Field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA memindai langit pada tahun 2010 hingga 2011. Namun, tak ada planet tersembunyi yang ditemukan. Tak ada Planet X.
Mengapa temuan planet Neptunus dikaitkan dengan Planet X dan teori konspirasi penyebab kiamat di Bumi?
Sebab, 23 September 2015 lagi-lagi ‘diramalkan’ bakal terjadi peristiwa dahsyat. Lagi-lagi benda langit dituding jadi penyebabnya. Salah satunya, konon, asteroid selebar 2,5 mil akan menghantam Puerto Rico.
Itu juga dikaitkan dengan ramalan gerhana bulan merah darah (blood moon) pada 28 September 2015 — yang sebagian orang menganggap sebagai akhir dunia.
Namun, isu tersebut dibantah mentah-mentah oleh NASA. “Tak ada bukti sahih bahwa asteroid atau benda langit lain akan menghantam Bumi,” kata “Paul Chodas, dari laboratorium NASA Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California seperti dikutip dari Express.
facebook
twitter
google+
fb share