WHAT'S NEW?
Loading...

Berhati-hati Berlangganan Indihome




Saya memutuskan menulis catatan ini, karena tidak hanya 1 atau 2 orang saja yang mengirimkan komplain. Ribuan jumlah mereka, bahkan lebih dari itu. Suara2 yang bungkam. Saya memutuskan, suara saya dan suara mereka harus disampaikan, apakah perusahaan besar akan mendengarnya, itu terserah, toh, dalam banyak kasus, ketika sebuah perusahaan terlalu menguasai sebuah pasar, tidak punya pesaing, konsumen tidak bisa melakukan banyak hal.
Saya berlangganan Indihome Telkom sejak awal Januari 2016, setelah mereka membombardir promosi. Di mana2 ada marketer Indihome, mereka juga menyebar pamflet, menaruh mobil dengan sticker indihome di jalan2, bahkan bekerjasama dengan komplek/perumahan. Pun tambahkan, mereka menelepon ke rumah, kalian pernah dihubungi marketer indihome? Well yeah, pengalaman saya, persis seperti makan obat di rumah satunya, setiap minggu, ada saja dari telkom yang menyapa, “Apakah Bapak mau pasang indihome.” Kalian marah2, bilang tidak tertarik, tolong hentikan telepon, mereka tetap tidak kapok.
Singkat cerita, saya akhirnya berlangganan Indihome. Paket 10 Mbps unlimited, 69 channel. Pemasangannya cepat, pokoknya keren sekali service-nya. Menjanjikan.
Satu bulan berlalu, semua sepertinya akan lancar, hingga tiba akhir Januari, Telkom ternyata “mendadak” mengubah banyak sekali aturan main. Jika kalian baca koran, website berita, kalian tahu apa saja yang mereka ubah. Mulai dari unlimited yang menjadi “tidak unlimited”, juga komposisi 69 channel yang juga mereka ubah semaunya.
Apakah mereka berhak mengubahnya? Tentu saja iya. Silahkan baca FAQ, kunjungi website mereka, ada semua pasal2 tersebut--yang baru terbaca kalau mau dibaca satu persatu. Tapi kan saya tidak baca FAQ? Bukankah marketer waktu menawarkan tidak pernah dibahas soal itu, semuanya janji manis? Bukankah brosur mereka tidak ditulis begitu? Itulah ajaibnya bisnis di negeri ini. Situ tidak baca, maka salah situ sendiri. Harusnya situ cari tahu dong.
Maka, agar kesalahan ini tidak terjadi pada kalian, saya menghimbau, berhati2lah berlangganan Indihome Telkom, dengan alasan sbb:
1. Pastikan kalian tahu, unlimited, tidak otomatis unlimited. Telkom sejak dulu memang tidak pernah menawarkan unlimited seperti yang dibayangkan konsumen, dan 2-3 bulan lagi, adalah hak penuh mereka jika tiba2 mengubahnya lagi, misalnya mendadak hanya dikasih jatah 2 GB kecepatan tinggi, sisanya kecepatan lemot, itu hak mereka. Salah sendiri tidak baca term & condition yang ditulis dengan huruf2 kecil gitu loh.
2. Jumlah channel TV. Pastikan, kalian juga paham, kapanpun Telkom ingin mengubahnya itu hak mereka. Dijamin, sangat dijamin, 6 bulan lagi, mereka akan mencopot channel seperti Bein, chanel yang menyiarkan live sepakbola, disusul Fox Sport, dll (ada di website mereka penjelasan ini, tapi jangan harap klausul ini dijelaskan oleh marketernya). Hingga pada akhirnya TV Cable yang mereka tawarkan sama persis seperti TV biasa, menyisakan chanel2 tidak menarik. Jika kalian mau menikmati channel2 bagus seperti HBO, dll, monggo beli, add on, nambah lagi bayarnya. Ini strategi bisnis biasa. Di awal terlihat oke, ujung2nya terserah mereka.
3. Harga berlangganan. Lagi-lagi, bersiap2lah, kapanpun mereka mau menyesuaikan harga langganan, itu terserah mereka. Hari ini situ bayar 200ribu misalnya, tiga bulan lagi jadi 300ribu. Enam bulan lagi jadi 1 juta, itu sudah ada semua di FAQ, term & condition. Telkom berhak penuh menyesuaikan harga.
Nah, jika kalian sudah siap mental menghadapi soal ini, silahkan berlangganan indihome. Dan jangan lupakan, hati2 berlangganan indihome, karena jika kalian berhenti, seluruh fasilitas akan mereka cabut, termasuk telepon rumah, kalian akan kehilangan saluran telepon rumah. BRTI Kominfo memang baru saja bertemu dengan Telkom, minta kejelasan soal ini, dan konon katanya, Telkom mau menyesuaikan kebijakan, tapi kita tahu sekali bagaimana negeri ini diatur. :)
Saya berdoa, agar industri ini segera maju cepat. Bukan maju teknologinya, tapi maju kompetisinya. Telkom itu milik siapa? Milik rakyat Indonesia? Oh ya? Saya tidak merasakannya. Buat apa kita bicara tentang perusahaan milik rakyat, tapi banyak sekali yang justeru direpotkan? Saya dibesarkan dengan pemahaman supply demand. Maka bagi saya, lebih baik jika pemain2 hebat dunia dipersilahkan masuk ke negeri ini. Saat provider raksasa dunia masuk, kita akan menyaksikan betapa murahnya berlangganan internet, TV Cable, dll.
Dulu, sekali kirim SMS itu 350 perak, my friend, hari ini almost gratis! Lewat whatsapp, BBM, dll. Maka, perusahaan yang tetap berpikir monopolistik, dikit2 blokir kompetitor, atau blokir penyedia content, dikit2 minta bantuan pemerintah untuk dilindungi, tidak akan bertahan lama. Konsumen masih berlangganan karena tidak ada pilihan, mereka terpaksa terus menggunakannya meski makan hati, kadung sudah dipasang, daripada kehilangan ini, itu, tapi sekali mereka punya pilihan, adios!
*Tere Liye


0 komentar: